Secarik Harap
(Karya : Fransisca Asteria Nandra Febiola)
Dalam langkah yang begitu berat
Aku menerobos pekatnya malam
Pipi ini masih saja basah
Air mata ini terus menganak
sungai
Merangkak, berjalan, berlari, aku
mencoba mengejarmu
Engkau ibarat secarik kertas
harapan untukku
Tak seorang pun dapat merebut,
menyentuh, atau pun mendekatimu
Aku memang tak seindah mawar
Hatiku pun tak sebersih salju
putih
Tapi apakah sebuah kesalahan,
jika aku mempertahankanmu?
Mata yang awalnya membisu,
kini telah mencelotehkan banyak
kata
Apakah aku tak akan bisa
bersamamu,
seperti raja siang dan dewi malam
yang mustahil untuk bersatu?
Mengapa tak kau beri setetes
kasih sayang,
pada orang bodoh sepertiku?
Aku selalu mengingat setiap
katamu
Kau bilang kau bagaikan cahaya,
yang selalu menemaniku dalam
gelap
Kau bilang kau bagaikan merpati,
yang tak pernah ingkar janji
Dan kau pun pernah bilang,
bahwa kau adalah paseo,
yang selalu menghapus setiap air
mata dukaku
Tapi apa sekarang kau tau?
Kegelapan cinta telah menaungiku,
dan cahayamu tidak nampak sedikit
pun
Sekian juta janji telah ku nanti,
dan tak satu pun kau tepati
Ribuan anak sungai telah memenuhi
pipiku,
tapi kau tak ada untuk menghapus
setitikpun
Tapi mengapa, mengapa, dan
mengapa,
kau lakukan ini padaku?
Mengapa kau memberiku air mata,
duka, dan kesedihan?
Kau yang ku kenal dengan hati
selembut sutra,
kini hati itu telah menjadi
sekeras baja
Kau seperti pencuri yang merampas
kebahagiaanku
Tapi apa kau tidak menyadari,
bahwa gadis mungil yang kau curi
kebahagiaannya ini,
tak pernah merajut benci kepadamu
Bahkan ia selalu berdoa,
agar kau datang kembali untuk
mencuri raganya,
dan membawanya pergi untuk hidup
bersamamu,
dalam kasih, sayang, dan cinta
yang abadi (*)